Pemuda Terpengaruh Influencer
Metode pemasaran dengan cara menggandeng orang-orang berpengaruh atau influencer marketing sangat efektif dalam mempengaruhi keputusan pembelian kalangan muda. Pasangan artis Raffi Ahmad dan Nagita Slavina menjadi influencer paling berpengaruh di Indonesia.
Influencer marketing mulai marak dalam satu dekade terakhir seiring dengan menjamurnya media sosial dan fitur-fitur di dalamnya. Sebagian besar anak muda terpengaruh melakukan pembelian di platform TikTok. Kala penelitian ini dilakukan, pemerintah masih mengizinkan TikTok Shop beroperasi di Indonesia.
Platform manajemen kemitraan, Impact.com berkolaborasi dengan Cube Asia meluncurkan hasil penelitian terbaru bertajuk The Power of Influence – E-commerce Influencer Marketing in Southeast Asia. Dalam laporan tersebut, ditemukan sebanyak 87% Gen Z dan Milenial melakukan keputusan pembelian lantaran mendapatkan rekomendasi dari influencer di media sosial. Survei ini melibatkan sebanyak 400 responden di Indonesia.
Myre Gustam, Country Lead impact.com menuturkan, secara terperinci demografi responden yang terlibat, yakni usia 18-24 tahun sebanyak 22,75%, kemudian usia 25-34 tahun sebanyak 47,25%, dan usia 35-44 tahun sebanyak 21,50%. Produk yang paling sering dibeli oleh mayoritas responden adalah produk fesyen dan sepatu, mencapai 67%. Kemudian, produk kecantikan mendapat perhatian dengan 61% responden. Sementara produk elektronik juga menarik minat pasar sebanyak 40%.
“Platform media sosial yang paling sering digunakan responden yakni YouTube dan Instagram. Tercatat, tingkat penggunaan kedua platform ini sebanyak 91%,” kata Myre. (Grafik 1)

Selain itu, TikTok juga mengalami pertumbuhan yang pesat, dengan tingkat penggunaan mencapai 86%. Perlu ditekankan bahwa angka-angka ini jauh melampaui penggunaan Facebook, yang saat ini hanya mencapai 76%.
Myre menyebut, temuan lain dari penelitian ini adalah konsumen Indonesia menyambut baik kebangkitan influencer berbasis kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Sebagian besar dari responden menunjukkan sikap netral atau bahkan mendukung kemungkinan munculnya jenis influencer tersebut, dengan 88% dari responden menyatakan netral atau mendukung.
Di sisi lain, hanya sebagian kecil atau kurang dari 18%, yang merasa kecewa atau sedih ketika mengetahui bahwa influencer yang mereka ikuti adalah AI. Hal yang menarik adalah lebih dari 21% responden bahkan merasa senang dan antusias tentang prospek penggunaan AI di dunia influencer.
“Temuan ini menggambarkan bahwa konsumen Indonesia memiliki sikap yang terbuka dan menerima terhadap kehadiran teknologi,” ujarnya.
Dalam penelitian ini, dipaparkan pula terkait dengan potensi net merchandise value (NMV) dari influencer marketing di Asia Tenggara (ASEAN). Tercatat, pada tahun 2022 nilai NMV influencer marketing di kawasan mencapai US$ 105 miliar. Kemudian, angkanya meroket 16% setahun berselang menjadi US$ 122 miliar.
Hingga tahun 2028 diproyeksikan rerata pertumbuhan setiap tahun mencapai 14%. Sedangkan dari sisi nilainya diperkirakan mencapai US$ 235 miliar. Dari seluruh negara di ASEAN, Indonesia memimpin pasar influencer marketing seiring dengan besarnya pasar e-commerce.
Dalam laporan ini, kontribusi e-commerce Indonesia di ASEAN mencapai 44% yang kemudian diikuti oleh Thailand dan Filipina. Kedua negara tersebut berkontribusi sebesar. 17% dan 12%. Sedangkan Vietnam dan Myanmar berkontribusi sebesar 11%. Lalu, Singapura menjadi yang terkecil, yakni hanya sebesar 5%. (Grafik 2)

Sependapat dengan hasil penelitian ini, Elizabeth Cornelia, Marketing Communication Manager Rumah123.com menuturkan, strategi influencer marketing dapat menjadi jalan yang tepat untuk menarik perhatian Gen Z. Menggunakan jasa seorang influencer dapat menjembatani merek untuk selalu terhubung dengan Gen Z di era digital. Secara umum, Gen Z sebagai pasar potensial masa depan memiliki karakter yang unik dan menyukai hal yang autentik, termasuk dalam memilih merek.
Merek perlu menyesuaikan strategi pemasaran yang dipilih dengan karakter tersebut untuk mendapatkan kepercayaan dari mereka. Selama penggunaan teknologi digital terus dilakukan, penggunaan influencer marketing akan tetap menjadi cara yang efektif untuk menjangkau target konsumen.
“Penggunaan influencer juga dapat memperkuat brand positioning. Merek dapat menggunakan wajah-wajah influencer yang in-line untuk menggambarkan brand positioning yang ingin dibawakan oleh mereka,” katanya.
Pemilihan influencer dalam strategi ini tidak hanya mengikuti brand positioning saja namun juga harus menyesuaikan dengan target konsumennya. Merek perlu mengetahui minat atau preferensi konsumen sebelum memilih influencer. Hal ini harus dipastikan agar strategi influencer marketing ini dapat berjalan secara efektif.
Selain dapat memperkuat brand positioning, menghadirkan influencer sebagai penghubung kepada konsumen juga dapat menjadikan influencer tersebut sebagai brand representative. Maka dari itu, penting untuk memastikan track record dan image yang dibawakan oleh influencer agar tetap sesuai dengan values yang dijunjung oleh merek.
“Merek harus pintar dalam memilih influencer dalam strategi ini karena nantinya influencer yang dipilih akan menjadi representasi dari merek. Pastikan bahwa ketika menerapkan strategi influencer marketing, merek tetap dapat memberikan konten pemasaran yang informatif dan bisa memberikan solusi atas permasalahan atau kebutuhan Gen Z,” ujar Elizabeth.
Platform media sosial yang paling sering digunakan responden adalah YouTube , Tiktok dan Instagram. Tercatat, tingkat penggunaan kedua platform ini sebanyak 91%.
Myre GustamCountry Lead impact.com